PERAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Akhlak yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu akhlak yang mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi. Penilian baik dan buruknya seseorang sangat ditentukan melalui akhlaknya. Akhir-akhir ini akhlak yang baik merupakan hal yang .mahal dan sulit dicari. Untuk membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlak terhadap anak digalakkan sejak dini karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding setelah anak tersebut menginjak dewasa.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Pengertian Pendidikan Akhlak ?
b.      Dasar Pendidikan Akhlak ?
c.       Tujuan Pendidikan Akhlak ?
d.      Ruang lingkup pendidikan akhlak ?
e.       Upaya Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk  Karakter ?

C.    TUJUAN MAKALAH
a.       Mengetahui Pengertian Pendidikan Akhlak
b.      Mengetahui Tujuan Pendidikan Akhlak
c.       Mengetahui Ruang Lingkup Akhlak
d.      Menegtahui Upaya Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Karakter





    BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK
Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak[1]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.  Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut Athiyah al-Abrasyi seperti dikutip Ramayulis, .pendidikan (Islam) adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan atau tulisan.
Dalam masyarakat Islam sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, talim dan tadib. Istilah tarbiyah menurut para pendukungnya berakar pada tiga kata. Pertama, kata raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al-Rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur. Istilah lain yang digunakan untuk menunjuk konsep pendidikan dalam Islam ialah talim. Talim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, penglihatan dan hati. Proses talim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam wilayah kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotor dan afeksi. Sedangkan kata tadib seperti yang ditawarkan al-Attas ialah pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai tingkatan dan derajat tingkatannya serta tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmani, intelektual, maupun rohani seseorang. Dengan pengertian ini mencakup pengertian ilm dan amal[2].
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.  Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa. Perkataan ahklak sering disebut kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia; moral, ethnic dalam bahasa Inggris, dan ethos, ethos dalam bahasa Yunani. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan. Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Senada dengan hal ini Abd Hamid Yunus mengatakan bahwa akhlak ialah Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.” Menurut Imam Ghazali, dalam kitab ihya ulumuddin, mengatakan akhlak ialah ‘Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” Ibrahim Anis dalam al-Mu.jam al-Wasith, bahwa akhlak adalah Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya pendidikan dalam persfektif hadits mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
1.      Perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.
2.    perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran (unthouhgt).
3.    Perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan.
4.    Perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara.
5.    Perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah[3].
Dengan demikian dari definisi pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara kontinyu dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.





B.     DASAR PENDIDIKAN AKHLAK
Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri sebagai dasar utama dalam Agama Islam telah memberikan petunjuk pada jalan kebenaran, mengarahkan kepada pencapaian kebahagiaan di dunia dan akhirat[4]. Di antara ayat yang menyebutkan pentingnya akhlak adalah dalam surat Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌۭ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Dalam ayat tersebut Allah SWT menganjurkan hamba-Nya untuk dapat menasehati, mengajar, membimbing dan mendidik sesamanya dalam hal melakukan kebajikan dan meninggalkan keburukan. Dengan demikian Allah telah memberikan dasar yang jelas mengenai pendidikan akhlak yang mana merupakan suatu usaha untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar berbudi pekerti luhur dan berakhlaqul karimah. Selain menyebutkan pentingnya pendidikan akhlak, Al-Qur’an pun menunjukkan siapa figur yang harus dicontoh dan dijadikan sebagai uswatun hasanah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS.Al-Ahzab: 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah merupakan figur utama sebagai manusia dan utusan Allah yang patut dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Allah pun dalam ayat lain memuji kepribadian Rasulullah SAW sebagaimana firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam: 4). Dasar pentingnya akhlak dalam As-Sunnah dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwasanya Raasulullah SAW bersabda:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Ahmad dan Baihaqi)[5]
Dari ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Saw. di atas menunjukkan bahwa dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dari dasar dan pedoman itulah dapat diketahui kriteria suatu perbuatan itu baik ataupun buruk.



C.    TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK
Agar mahasiswa / peserta didik memiliki pemahaman yag baik tentang akhlak islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action)[6].
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a.       Tujuan pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al Thoumy Al- Syaibani “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat[7]. Pada dasarnya apa yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
b.      Tujuan  pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat, perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya) dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji)[8].
c.       Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya”[9].

D.    RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK
Untuk menentukan baik dan buruknya akhlak seseorang maka ia harus berpegang teguh dengan al-qur’an dan sunnah nabi Muhammad SAW, karena hanya melalui kedua sumber inilah manusia dapat memahami bahwa sifat-sifat yang baik dan sifat-sifat yang buruk, ada beberapa aspek ruang lingkup pendidikan akhlak[10] yaitu :
a.       Akhlaq kepada Allah SWT
Orang islam yang memiliki akidah yang benar dan kuat, berkewajiban untuk berakhlak baik kepada Allah SWT, dengan cara menjaga kemauannya dengan meluruskan ubudiah dasar tauhid, menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta ikhlas beramal sholeh.
b.      Akhlak kepada diri sendiri
Manusia yang telah diciptakan dalam sibghoh Allah SWT. Dalam potensi fitroh manusia berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara kesucian lahir maupun batin.
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًۭا ۚ لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌۭ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا۟ ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُطَّهِّرِينَ
“Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-taubah ayat 108)

c.       Akhlak kepada keluarga
Akhlak kepada keluarga bisa dilakukan dengan cara berbakti kepada orang tua, bergaul dengan makfur, member nafkah sebaik mungkin.
d.      Akhlak kepada tetangga
Membina tetangga sangat penting, sebab tetangga adalah sahabat yang paling dekat. Bahkan nabi Muhammad SAW dalam sabdanya menjelaskan bahwa “ Tidak henti-hentinya jibril menyuruhku untuk berbuat baik kepada  tetangga, hingga aku merasa tetangga sudah seperti ahli waris” (HR Bukhori)
e.       Akhlak dalam kepemimpinan
Kita sebagai manusia harus siap menjadi pemimpin dan dipimpin kalau kita menjadi orang yang memimpin maka kita berkewajiban untuk memliki akhlak yang mulia karena kita akan menjadi teladan baik orang, kalau pun kita menjadi orang yang dipimpin maka kita harus patuh dan taat kepada pemimpin kita selama pemimpin kita tidak berbuat dzolim
f.       Akhlak kepada lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia seperti hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda mati.
Akhlak yang dikembangkan adalah cerminandari tugas kekholifahan di bumi yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam dapat terus berjalan sesuai fungsi ciptaan-Nya.
وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا طَٰٓئِرٍۢ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّآ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم ۚ مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”. (QS. Al-An’am ayat 38)

E.     Upaya Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk  Karakter Yang Baik
Tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap manusia ingin keterunannya dalam keadaan yang sempurna. Sempurna akhlaknya dan budi pekertinya, menjadi anak yang sholeh dan sholehah merupakn cita-cita kita semu. berikut ini beberapa metode yang bisa kita lakukan untuk membentuk karakter akhlak yang baik :
a.       Memilih Jodoh Yang Baik
Sebelum kita memiliki anak, maka yang harus kita lakukan adalah memilih pasangan hidup yang sholeh atau sholehah dan  berakhlak mulia, seorang wanita yang sholehah akan menjadi madrasah yang baik bagi anak keturunannya
“Wanita itu dinikahi karena 4 hal : hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Karena itu hendaklah kamu menikahi wanita yang baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung
(HR Bukhari dan Muslim)
لَا أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ المَرْءُ المَرْاَةُ الصَّا لِحَةُ
“ Maukah ku beritahukan kepadamu mengenai sebaik-baik simpanan bagi seseorang? Yaitu seorang wanita yang sholehah” (HR Ahmad).
 Begitu juga seorang laki-laki yang sholeh akan mampu memberikan contoh yang baik bagi keluarganya.
b.      Memahamkan Pentingnya Pendidikan Tauhid
Pendidikan merupan factor penting dalam membentuk karakter seseorang terutama pendidikan tauhid, sebagaimana luqman memahamkan putranya,  Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Surat Luqman ayat 12 yang berbunyi :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌۭ شِدَادٌۭ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS At-Tahrim ayat 6)
Ayat tersebut menyeru kepada kita untuk menjaga keselamatan keluarga kita siksa api neraka, maka salah satu cara menjaga keluarga kita dari siksa api neraka dengan bertauhid kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh karenanya jika seseorang sudah baik tauhidnya, aqidahnya keimanannya maka ada satu jaminan kalau orang tersebut memiliki karakter sifat yang baik sebagai makhluk Allah.
c.       Memilihkan Teman Yang Baik
Salah satu factor tercepat yang bisa merubah karakter seseorang adalah teman dekat, maka pemilihan teman yang baik harus dilakukan agar karakter yang dibentuk oleh teman-temannya adalah sebuah karakter yang baik.
                   Rosulullah SAW bersabda :
المَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُر اَحَدُ كم مَن يُخَا لِل
“ Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya perhatikanlah teman karib kalian ( HR Abu Daud, Tirmidzi).
Ketika kita berteman  pada orang yang baik, maka kita akan menjadi baik, tetapi ketika kita berteman dengan orang yang tidak baik maka kita bisa menjadi orang yang tidak baik juga.
d.      Pembiasaan (Operan Conditioning)
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat dijadikan menjadi kebiasaan[11]. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman yang dibiasakan untuk diamalkan atau dikerjakan. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sejak dini. Rosulullah SAW memerintahkan kepada orang tua, agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala mereka umur tujuh tahun. “ suruhlah mereka untuk melaksanakan shalat ketika mereka umur tujuh tahun dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. ( HR Abu Dawud )
e.       Keteladan
Pribadi orang tua memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan akhlak. Ada pepatah yang mengatakan
“Satu contoh lebih baik daripada seribu nasehat” . Keteladanan orang tua sangat besar pengeruhnya terhadap pribadi para anak-anak.




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara kontinyu dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
2.      Pendidikan akhlak dalam agama Islam bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3.      Tujuan pendidikan akhlak adalah agar mahasiswa / peserta didik memiliki pemahaman yag baik tentang akhlak islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action)[12].
4.      Ruang lingkup pendidikan akhlak
a.       Akhlak terhadap Allah
b.      Akhlak kepada diri sendiri
c.       Akhlak kepada keluarga
d.      Akhlak kepada tetangga
e.       Akhlak kepada pemimpin
f.       Akhlak kepada lingkungan
5.      Upaya - upaya Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk  Karakter Yang Baik :
a.       Memilih jodoh yang baik
b.      Memahamkan pentingnya pendidikan tauhid
c.       Memilihkan teman yang baik
d.      Pembiasaan
e.       Keteladanan



























Daftar Pustaka

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat  Jakarta: Kalam Mulia, 2004
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Oemar al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terj) Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1992
Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz II, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Ombak, 2012
M. Athiyah Al Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1983 h.108
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran,  Jakarta: Hida Karya Agung, 1978.
Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter, Jakarta : Bumi Aksara. 2011,















[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 1.
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam  Jakarta: Kalam Mulia, 1998, hlm. 2.
[3] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997, hlm. 5
[4] Oemar al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terj) Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h.346
[5] Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), h.504
[6]  Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Ombak, 2012 hlm. 172-173
[7] Oemar al-Taomy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terj) Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h.346
[8] M. Athiyah Al Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1983 h.108
[9] Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran,  Jakarta: Hida Karya Agung, 1978, Cet. II, h.22
[10] Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : Ombak, 2012, hlm 181
[11]  Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter, Jakarta : Bumi Aksara. 2011, cet. 1, hlm. 168
[12]  Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Ombak, 2012 hlm. 172-173

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tazkiyatun Nafs